Pada awal tahun ini, kita akan menyaksikan sejumlah film hasil adaptasi novel, dari karya klasik hingga pemenang penghargaan bergengsi. Kami mengulasnya secara singkat untuk film yang beredar pada bulan Februari.
SELALU menarik jika novel atau fiksi favorit kita diadaptasi menjadi film. Bagaimana imajinasi kita tentang cerita di dalamnya mewujud, baik di layar lebar maupun layar kaca, lengkap dengan bayangan kita tentang siapa aktor yang pantas memerankan karakter-karakter utamanya.
Bakal lebih menarik jika kita menemukan interpretasi baru dari sutradara atau penulis skenario. Bagaimanapun film adalah media yang berbeda dari novel. Setidaknya yang pertama dibatasi waktu tayang. Justru akan menjadi biasa-biasa saja jika sang sutradara mengadaptasi penuh babak demi babak dalam novel seperti apa adanya.
Berikut ini adalah daftar sejumlah film yang berdasarkan adaptasi atas novel, yang beredar pada Februari 2020. Tentu ini bukan daftar lengkap. Anda bisa menambahkannya dalam komentar jika ada yang kami lewatkan.
Little Women
Film ini adaptasi dari novel klasik dengan judul sama karya penulis perempuan Amerika, Louisa May Alcott. Little Women awalnya terbit dalam dua jilid, masing-masing pada 1868 dan 1869, dengan jilid kedua diberi judul Good Wives.
Novel ini mengisahkan kehidupan empat gadis keluarga March pada masa perang saudara di Amerika. Keempatnya melukiskan cara pandang beragam tentang keluarga, pekerjaan, cinta, dan pernikahan.
Sebagai novel, Little Women menjadi salah satu karya yang paling banyak dibaca di Amerika. Lewat Little Women, Alcott memperkenalkan realisme ke dalam kesusastraan Amerika dua dekade lebih awal ketimbang penulis-penulis pria, seperti William Dean Howells (The Rise of Silas Lapham) dan Mark Twain (Adventures of Huckleberry Finn).
Digarap Greta Gerwig (Lady Bird), Little Women merupakan adaptasi ketujuh dari novelnya. Jika generasi baby boomers, anda mungkin mengingat Little Women versi 1994 besutan Gillian Armstrong dan dibintangi antara lain oleh Winona Ryder dan Kirsten Dunst.
Kali ini, Gerwig menampilkan bintang muda berbakat berdarah Irlandia Saoirse Ronan sebagai Josephine March, sang protagonis. Ronan – yang sudah menerima tiga nominasi Oscars antara lain lewat Lady Bird (2017) – beradu akting dengan Emma Watson, Florence Pugh, Eliza Scanlen, dan Timothee Chalamet. Little Women edisi milenial ini memperoleh enam nominasi Oscars 2020, termasuk Film Terbaik, Aktris Terbaik (Ronan), dan Aktris Pendukung Terbaik (Pugh).
Film ini sudah dirilis di Amerika pada 25 Desember 2019. Penonton di Indonesia bisa menyaksikannya di bioskop pada 7 Februari 2020.
The Turning
Sekali lagi, ini film adaptasi dari novel klasik tapi kali ini bertemakan ‘cerita hantu’. The Turning berdasarkan pada novela The Turn of the Screw karya Henry James, yang terbit dalam The Two Magics pada 1898. Novela ini sebelumnya muncul sebagai cerita bersambung di majalah mingguan Amerika, Collier’s.
James, yang lahir di Amerika tapi menghabiskan sisa hidupnya di Inggris, dikenal sebagai pengarang yang piawai melukiskan kondisi emosional karakternya. Dalam The Turn of the Screw, James menampilkan kesan ambigu dan bahkan kontradiktif dalam jiwa karakternya. Hasilnya, novela itu menjadi ‘kisah hantu’ yang paling banyak dianalisis. James memperoleh tiga kali nominasi Nobel Kesusastraan (1911, 1912, dan 1916) dan dianggap sebagai master dalam genre ini.
Diarahkan oleh sutradara kelahiran Italia, Floria Sigismondi (The Runaways), dan ditulis oleh Carey W. Hayes (The Conjuring), The Turning menampilkan pemain seperti Mackenzie Davis (Terminator: Dark Fate) dan Finn Wolfhard, si bocah dari serial Netflix Stranger Things.
Film ini dirilis pada 24 Januari 2020 di Amerika dan 8 Februari di Indonesia.
Milea: Surat dari Dilan
Ini film ketiga dari adaptasi novel serial karya Pidi Baiq. Sebelumnya, Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 telah diangkat ke layar lebar masing pada 2018 dan 2019. Baiq kembali terlibat penuh, baik dalam penyutradaraan bersama Fajar Bustomi maupun dalam penulisan skenario dengan Titien Wattimena.
Meskipun disebut sekuel dari Dilan 1990 (2018) dan Dilan 1991 (2019), film ini tampaknya masih akan mengisahkan tarik-menarik antara hubungan cinta Dilan dan Milea dengan fenomena geng motor di Bandung, kota yang digambarkan secara detail oleh Baiq. Tentu saja film ini juga masih menampilkan Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea.
Milea: Surat dari Dilan akan tayang di bioskop pada 13 Februari 2020.
High Fidelity
Pertama, ia terbit sebagai novel pada 1995 karya penulis Inggris Nick Hornby. Kedua, ia diadaptasi ke layar lebar oleh sutradara Stephen Frears pada 2000 dengan bintang utama John Cusack, dan sukses, baik secara komersial maupun artistik. Ketiga, ia ditampilkan dalam drama musikal di Broadway pada 2006. Dan kini, High Fidelity bakal disajikan di layar televisi dalam bentuk serial.
Hornby tampaknya berbakat menghasilkan karya-karya “layak film”. Sejumlah karyanya, seperti Fever Pitch, High Fidelity, About a Boy, dan Juliet, Naked, diadaptasi ke layar lebar. Pada 2004, BBC mengganjarnya sebagai salah satu dari 29 figur paling berpengaruh dalam budaya Inggris.
High Fidelity sendiri bercerita tentang Rob, pemilik toko kaset, yang baru saja putus cinta. Dia mencoba mencari tahu penyebab kegagalan hubungannya selama ini dengan mengingat kembali momen-momen penting besama lima eks kekasihnya.
Dalam film, Rob diperankan oleh Cusack, yang tentu saja seorang pria. Tapi, serial televisinya akan menampilkan aktris Zoe Kravitz (Big Little Lies) sebagai Rob. Latar tempat pun kabarnya akan diubah, dari London dalam novel dan Chicago dalam film menjadi Brooklyn.
Ditulis oleh Veronica West dan Sarah Kucserka, episode pertama High Fidelity akan digarap oleh Jesse Peretz (Juliet, Naked). Serial ini akan tayang pada 14 Februari 2020 di layanan berbayar Hulu.
The Good Lord Bird
Novel ini terbit pada 2013, dan kerap dibandingkan dengan karya klasik Mark Twain, Adventures of Huckleberry Finn (1884). Penulisnya, James McBride, memperoleh penghargaan bergengsi National Book Award for Fiction.
The Good Lord Bird mengombinasikan antara fiksi dan sejarah. Kisahnya diceritakan melalui narasi Henry Shackleford, seorang budak kulit hitam yang bergabung ke dalam pasukan John Brown, penentang perbudakaan paling sengit dalam sejarah Amerika. Brown, seorang kulit putih, melancarkan pemberontakan bersenjata terhadap institusi perbudakan di negara-negara bagian Selatan pada paruh kedua Abad ke-19.
Ethan Hawke dan Jason Blum mengadaptasi novel itu ke dalam miniseri dengan judul sama. Hawke sendiri akan berperan sebagai Brown. Albert Hughes (The Book of Eli) duduk di kursi sutradara miniseri ini.
The Good Lord Bird akan tayang di jaringan televisi Showtime pada 14 Februari 2020.
Emma
Film ini adaptasi kedua dari karya terakhir Jane Austen yang terbit semasa hidupnya. Pada 1996, sutradara Douglas McGrath menulis dan menyutradarai Emma dengan Gwyneth Paltrow berperan sebagai Emma Woodhouse, perempuan cantik, pintar, dan kaya tetapi sekaligus naif.
Sebenarnya ada satu adaptasi lagi, yakni Clueless (1995) tapi setting-nya diubah habis-habisan, dari Inggris di masa Georgian menjadi Beverly Hills di era modern. Protagonisnya pun bukan Emma tapi Cher Horowitz (Alicia Silverstone).
Keduanya, baik Emma garapan McGrath maupun Clueless oleh Amy Heckerling, mendapatkan respons dan kritik positif. Lalu, apa yang bisa diperbuat dan dijanjikan Emma edisi anyar ini? Mampukah Autumn de Wilde, seorang fotografer, menyamai bahkan melampaui kedua adaptasi sebelumnya dalam debut penyutradaraannya ini?
Setidaknya, nama Eleanor Catton di kursi penulis skenario bisa menjanjikan kualitas. Novelis Selandia Baru ini peraih penghargaan bergengsi Man Booker Prize pada 2013 lewat novelnya The Luminaries. Plus ada nama Anya Taylor-Joy, aktris blasteran Argentina-Inggris, sebagai Emma Woodhouse. Dia pernah tampil memukau dalam The Witch (2015).
Novelnya sendiri terbit pada 1815. Seperti karya-karya Austen lainnya, Sense and Sensibility dan Pride and Prejudice, Emma mengisahkan kesulitan yang dihadapi kaum perempuan di Inggris pada awal Abad ke-19. Austen seperti biasa mengkritik isu pernikahan, gender, dan status sosial. Dalam Emma, dia juga menampilkan komedi satire tentang kesantunan-kesatunan di masa tersebut.
Film ini dirilis di Amerika pada 21 Februari 2020. Belum jelas kapan film ini akan tayang di bioskop-bioskop di Indonesia.
The Call of the Wild
Jika anda ingin menyaksikan si gaek Harrison Ford bukan dalam peran biasanya – pria bengal tapi dicintai – maka The Call of the Wild bisa menjadi pilihan. Tapi, dalam film ini, pemeran utamanya bukan Ford melainkan anjing blasteran St Benard-Scotch Collie bernama Buck. Ya, film ini mengisahkan Buck yang berpetualang di alam liar setelah dicuri dari pemiliknya untuk dijadikan anjing penarik kereta salju.
The Call of the Wild diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Jack London yang terbit pada 1903. London adalah selebritas Amerika yang dibesarkan oleh dunia kepengarangan di paruh pertama Abad ke-20. Selain The Call of the Wild, novel London lainnya White Fang telah beberapa kali diadaptasi ke sinema.
Film ini bakal beredar pada 21 Februari 2020, baik di Amerika maupun Indonesia.
The Invisible Man
Elisabeth Moss in Leigh Whannell’s ‘The Invisible Man’
Setelah perkembangan tak jelas sejak 2007, Universal Pictures akhirnya merilis The Invisible Man pada tahun ini. Ditulis dan disutradarai oleh Leigh Whannel (Insidious: Chapter 3), film ini dibintangi Elisabeth Moss. Awalnya Jhonny Depp akan memerankan Griffin, si ilmuwan gila, tapi akhirnya peran ini jatuh ke aktor dan model Inggris Oliver Jackson-Cohen.
The Invisible Man berdasarkan novel klasik dengan judul sama karya Herbert George Wells, si bapak “horor fiksi ilmiah”, yang terbit pada 1897. Selain lewat novel ini, Wells juga terkenal berkat The Time Machine (1895) dan The Island of Doctor Moreau (1896).
Novel ini berkisah tentang Griffin, seorang ilmuwan yang terobsesi menemukan cara untuk mengubah indeks bias tubuh manusia menjadi selevel udara, tak lagi menyerap dan memantulkan cahaya: tak terlihat. Jika seseorang sudah tak kasat mata, anda tentu bisa membayangkan apa yang bisa dia lakukan.
“The Invisible Man” menjadi tokoh jahat berpengaruh dalam genre horor fiksi ilmiah. Sejumlah film pernah dibuat dengan meminjam inspirasi dari novel Wells ini, seperti Hollow Man (2000) yang dibintangi Kevin Bacon sebagai Sebastian Caine, ilmuwan yang didasarkan pada penokohan Griffin.
Di Amerika, film ini bisa disaksikan pada 28 Februari 2020. Meskipun sudah disebut akan beredar di bioskop-bioskop di Indonesia, jadwal tayangnya masih belum definitif.[]