Buku Panduan Membunuh

in Bukupedia by

Kebebasan datang dengan tanggung jawab. Di alam kebebasan, penulis dan penerbit harus mempertimbangkan tanggung jawab moral dan sosial sebelum menerbitkan buku. Artikel berikut menceritakan kasus Paladin Press (bubar pada 2018), sebuah penerbit di Amerika yang sempat mendapat julukan “penerbit paling berbahaya di dunia”.

“CARA terbaik membunuh dengan tembakan adalah dilakukan pada jarak dekat. Akan tetapi, berdirilah sekurangnya satu meter dari korban agar tak terpercik darah. Gunakan peredam suara, yang gampang dibikin sendiri dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan di toko-toko. Untuk memastikan korban tewas, tembakkan pada matanya sebab tembakan ke arah bagian kepala yang lain masih memungkinkan korban tidak tewas.”

Itulah sebagian petunjuk langkah demi langkah bagaimana membunuh orang yang termaktub dalam buku Hit Man: A Technical Manual for Independent Contractors, terbitan Paladin Press, Juni 1983. James Perry membeli buku seharga 10 dolar ini pada Januari 1992. Lalu pada Maret 1993 dia membunuh tiga orang: Trevor Horn, 8 tahun, dengan membekapnya; Mildred Horn, sang ibu; dan perawat Janice Saunders. Kedua perempuan itu ditembak, sesuai petunjuk dalam buku, di matanya. Perry ternyata disewa oleh Lawrence Horn, mantan suami Mildred, dengan harapan menguasai asuransi jika sang anak mengalami kecelakaan. Lawrence kini telah dihukum, sementara Perry menunggu hukuman mati di bui. Jaksa juga menunjukkan bahwa Perry telah mengikuti sekurangnya dua puluh instruksi tahapan membunuh dalam buku itu.

Meski keduanya sudah dihukum, keluarga korban tak puas. Mereka lalu menuntut penerbit buku itu ke pengadilan dengan dakwaan terlibat pembunuhan. Meski Amandemen Pertama Konstitusi AS yaitu kebebasan bicara biasanya melindungi kebebasan mengungkapkan apa saja, ternyata pengadilan tetap mengusut kasus ini. Pengadilan banding pertama, memutuskan bahwa Hit Man (Si Pembunuh) memang sudah keterlaluan. Merasa tak puas, penerbitnya pun naik banding. Alasannya, seperti yang ditayangkan Paladin di situs webnya, mereka dilindungi Amandemen Pertama.

“Sebagai manusia saya sedih ada korban kekerasan fisik,” kata Peder Lund, bos Paladin, kepada Wall Street Journal yang dikutip majalah Time (1 Desember 1997). “Akan tetapi, sebagai penerbit dan seorang pragmatis, saya sama sekali tidak bertanggung jawab atas penyalahgunaan informasi.” Karuan saja ini membuat Rodney Smolla, seorang profesor hukum yang ikut menangani kasus ini, gusar. “Tak ada keuntungan sama sekali bagi masyarakat dengan terbitnya buku ini,” katanya kepada Time.

Sejak didirikannya pada 1970 oleh Lund dan kongsinya, Robert Brown, Paladin memang menerbitkan buku-buku yang berbau kekerasan dan bahaya. Tak heran, Lund sendiri bekas kapten pada pasukan elite Baret Hijau dan Brown juga bekas tentara. Kongsi itu pecah pada 1974 karena Brown lalu mendirikan majalah Soldier of Fortune (Tentara Bayaran). Buku terbitan pertama saja tentang petunjuk praktis perang gerilya yang ditulis Jenderal Alberto Bayo seorang komunis veteran Perang Saudara Spanyol dan pelatih Fidel Castro yang sukses memimpin revolusi di Kuba.

Kini Paladin telah menerbitkan 800 judul buku. Ketika memeriksa katalognya di internet, saya merasa seram melihat judul-judul yang telah diterbitkan. Salah satunya adalah buku berisi petunjuk praktis membuat bom menggunakan amonium nitrat—bahan yang dipakai oleh Timothy McVeigh ketika meracik bom yang meledakkan di Oklahoma City dan menelan korban 168 jiwa. Beberapa buku lain misalnya petunjuk praktis membuat mortir, bazooka, pelontar roket dan granat, modifikasi roket mainan menjadi rudal yang lumayan kuat, modifikasi senjata yang dijual bebas, dan tema-tema lain yang semacam.

Mau jadi jagoan berkelahi dengan pisau di jalanan? Baca saja Knife Fighting: A Practical Course atau Battle Blades: A Professional’s Guide to Fighting Knives. Tentang teknik menembak jitu tak lupa diterbitkan pula The Ultimate Snippers. Yang berminat menjadi detektif swasta, silakan simak A Self-Study Guide on Becoming a Private Detective. Kalau seorang buron ingin selamat, baca tekniknya di Fugitive: How to Run, Hide and Survive.

Paladin, lewat homepage-nya, menggalang dukungan dengan dalih bahwa kebebasan berbicara sedang terancam. Beberapa pihak memang khawatir kekalahan Paladin akan menyeret tuntutan-tuntutan baru bagi para penerbit dan pengarang. Bukankah buku novel semacam The Godfather, dan bahkan juga film televisi, menunjukkan pula detail pembunuhan? Akan tetapi, Floyd Abrams, pengacara yang sering membela media, tak yakin bahwa tuntutan itu bisa diterapkan selain kepada buku praktis panduan membunuh.

Thomas Kelley, penasihat hukum Paladin, punya alasan lain dalam kasus Hit Man. Penulis Hit Man, Rex Feral, bukanlah sesangar yang dibayangkan orang. Rex Feral adalah nama samaran dari bahasa Latin yang kurang lebih berarti “raja binatang liar”. Penulis sesungguhnya adalah seorang wanita. “Saya sangat yakin ia belum pernah menyakiti seorang pun,” kata Kelly menyanjung.

Akan tetapi, bukankah James Perry telah melenyapkan tiga jiwa dengan mengikuti cara yang disarankannya.[] (7 Desember 1997)

(Dinukil dari: Putut Widjanarko, Elegi Gunnterberg: Memposisikan Buku di Era Cyberspace, [Mizan: Bandung, 2000])

Putut Widjanarko adalah Vice President Mizan Publika. Ia meraih gelar doktor di bidang ilmu komunikasi massa di Scripps College of Communication, Ohio University, pada 2007 dengan disertasi berjudul “Homeland, Identity, and Media: A Study of Indonesian Transnational Muslims in New York City.”

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*