“The Banshees of Inisherin”: Sebuah Perjalanan Melalui Tahapan Kesedihan Kübler-Ross

in Film by

The Banshees of Inisherin adalah karya sinematik yang mampu menggambarkan kompleksitas hubungan antarmanusia, mengingatkan kita bahwa hidup bukanlah sebuah proses linier tetapi sebuah siklus emosi dan pengalaman yang saling terkait.

Setiap pukul dua siang, seperti biasa, Pádraic Súilleabhán (Colin Farrel) bertandang ke kediaman Colm Doherty (Brendan Gleeson) untuk pergi bersama dan minum di sebuah kedai. Namun, kali ini, Colm sama sekali tak memedulikan ajakan Pádraic, sehingga Pádraic pergi sendiri ke kedai dengan penuh tanda tanya.

Colm datang tak lama kemudian tetapi menolak untuk duduk dan bicara kepada Pádraic. Bahkan, dia meminta Pádraic  untuk menjauhinya, padahal keduanya dikenal bersahabat erat oleh seluruh penduduk di Inisherin.

Beberapa hari kemudian, Colm mengajak Pádraic untuk bicara. Colm menyatakan bahwa dia akan tetap menjauhi Pádraic karena berteman dengan Pádraic membuat Colm membuang waktu sia-sia. Colm bahkan mengatakan bahwa Pádraic “membosankan”.

Itulah premis The Banshees of Inisherin (2022), sebuah film tragikomedi yang sangat indah sekaligus pedih karya Martin McDonagh, sutradara yang lebih dulu dikenal lewat film In Bruges dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri, serta drama seperti “The Pillowman” dan “The Cripple of Inishmaan”. The Banshees mengisahkan narasi yang sangat pribadi dan emosional tentang persahabatan, pengabaian, dan rekonsiliasi, yang berlatar belakang Inisherin, sebuah pulau kecil fiktif di Irlandia pada akhir periode perang saudara di negeri itu, atau sekitar 1923.

  • Judul Film: The Banshees of Inisherin
  • Sutradara: Martin McDonagh
  • Penulis: Martin McDonagh
  • Pemain: Colin Farrel, Brendan Gleeson, Kerry Condon, Barry Keoghan
  • Rilis: 5 September 2022
  • Durasi: 114 menit

Film ini ditayangkan perdana pada Festival Film Venezia, lalu menyusul di Irlandia, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Ia mendapat sambutan luar biasa bahkan memperoleh ulasan positif dari para kritikus. Di awal pekan penayangan, film ini berada di posisi 18 pada box office. Tak hanya itu, The Banshees mendapat penghargaan pada Golden Globe Awards 2022 dan dinominasikan pada sembilan kategori Academy Awards 2023.

The Banshees dengan sangat baik mencerminkan tahap-tahap yang dilalui manusia dalam merespons kesedihan, yang dirumuskan oleh Elisabeth Kübler-Ross dalam On Death and Dying (1969). Tahap-tahap itu adalah denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan) yang disingkat dengan “DABDA”. The Banshees menawarkan kepada penonton kisah bubarnya persahabatan dan gejolak emosional yang diakibatkannya.

Colin Farrell dan Brendan Gleeson memberi penampilan luar biasa sebagai sepasang sahabat: Pádraic dan Colm. Hubungan mereka tiba-tiba berakhir, bahkan sebelum penonton mengenal keduanya lebih jauh. Ini membawa mereka ke dalam siklus tahapan kesedihan Kübler-Ross.

Perjalanan mereka dimulai dengan penyangkalan ketika Pádraic menolak untuk menerima keputusan Colm untuk mengakhiri persahabatan mereka. Kesederhanaan plot dan kekasaran karakter membuat penyangkalan mereka tidak terlalu terlihat sebagai hilangnya persahabatan dan lebih kepada hilangnya identitas diri dan pola hidup yang sudah biasa mereka jalani.

Tahap kemarahan muncul melalui kemarahan Pádraic terhadap pengabaian Colm dan konfrontasinya dengan Peadar Kearney, polisi setempat. Film ini berhasil menunjukkan bahwa kemarahan bukanlah emosi yang berdiri sendiri tapi seringkali sarat dengan rasa sakit, kehilangan, dan kerentanan yang mendasarinya. Skenario McDonagh, yang dibumbui dengan humor dan kekerasan yang tiba-tiba, dengan cemerlang menggambarkan emosi yang kompleks ini.

Tawar-menawar hadir dengan upaya putus asa Pádraic untuk memulihkan persahabatan, sementara Colm, dalam upayanya untuk meninggalkan legasi melalui musiknya, memberi ultimatum yang aneh dan mengerikan: dia akan memotong jari-jari tangannya setiap kali Pádraic mencoba mendekati serta berbicara dengannya. Film ini menangkap keputusasaan dan ketidakberdayaan yang melekat dalam tawar-menawar, menunjukkan bagaimana individu bergulat dengan realitas mereka, berharap untuk hasil yang berbeda.

Depresi muncul ketika Pádraic menyadari kesia-siaan usahanya dan sudah berakhirnya persahabatan mereka. Film ini juga secara halus mengaitkan kesedihan individu dengan aura keseluruhan pulau, menumbuhkan nada suram yang menghantui narasi.

Akhirnya, penerimaan, tahap terakhir dari kesedihan, digambarkan bukan sebagai resolusi tetapi sebagai bentuk kepasrahan terhadap realitas baru. Film ini menyimpang dari pemahaman tradisional tentang penerimaan, menggambarkannya sebagai pengakuan atas sifat yang tidak dapat diubah dari tindakan tertentu dan konsekuensi yang tidak dapat dihindari.

Kekuatan film ini tidak hanya terletak pada penampilan aktornya dan penulisan naskahnya, tetapi juga pada sinematografi dan skor musiknya yang brilian. Sinematografi Ben Davis dengan indahnya menangkap keindahan pulau terpencil di Irlandia, dan skor musik Carter Burwell menambah kedalaman emosi yang beresonansi dengan kemurungan narasi.

The Banshees of Inisherin adalah karya sinematik yang dibuat dengan sangat baik sehingga mampu menggambarkan kompleksitas hubungan antarmanusia. Inilah sebuah perjalanan yang membawa penonton dari keterkejutan awal karena kehilangan hingga akhirnya menerima kenyataan baru, mengingatkan kita bahwa hidup, seperti halnya kesedihan, bukanlah sebuah proses linier tetapi sebuah siklus emosi dan pengalaman yang saling terkait.

Film ini menjadi bukti kemampuan McDonagh dalam menenun emosi manusia yang rumit ke dalam sebuah narasi yang menyayat hati dan sekaligus menggelikan. Dengan penampilan brilian dari Farrell dan Gleeson, naskah yang menarik, dan tema yang menggugah, The Banshees of Inisherin tidak diragukan lagi salah satu persembahan sinematik terbaik pada 2022.[]

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*