Jauh sebelum nge-hit dan dapat Oscars lewat Parasite, Bong Joon-ho lebih dulu menghentak jagat film dengan The Host. Masuk dalam daftar 100 film Korea terlaris dan 20 film terfavorit Quentin Tarantino, film ini tak boleh Anda lewatkan saat kini menjadi hidden gem layanan streaming Vidio.
DALAM dua adegan pertama, The Host sepertinya bakal seperti film-film monster pada umumnya. Saintis Amerika Serikat menyuruh kolega Koreanya membuang ratusan botol formaldehida (disebut juga formalin) ke saluran pembuangan yang mengalir menuju Sungai Han. Beberapa tahun kemudian, dua pemancing menemukan makhluk aneh di sungai yang sama. Jika film ini film monster biasa ala Hollywood, kita sudah bisa menebak arah alurnya. Monster akan mengamuk dan membunuhi orang-orang. Pemerintah dan militer berjibaku menghalau monster. Lalu ada seorang ilmuwan dan jagoan—biasanya tentara atau bekas tentara—yang beraksi menjadi pahlawan menyelamatkan dunia dari amukan si monster.
- Judul Film: The Host (Gwoemul)
- Sutradara: Bong Joon-ho
- Penulis: Bong Joon-ho, Baek Chul-hyun
- Pemain: Song Kang-ho, Byun Hee-bong, Park Hael-il, Bae Doo-na, Go Ah-sung
- Rilis: 27 Juli 2006
- Durasi: 119 menit
Tapi, The Host bukan film monster biasa. Bong Joon-ho, ya, sutradara-penulis Korea peraih Academy Awards 2019 melalui Parasite itu memilih plot yang sama sekali berbeda. Alih-alih mengikuti formula Hollywood, Bong justru memilih satu keluarga aneh menjadi protagonis film ini: Park Hee-bong (Byun Hee-bong), seorang ayah yang menghabiskan masa tuanya berjualan makanan kecil di pinggir Sungai Han bersama anak tertuanya, Park Gang-du (Song Kang-ho), yang rada-rada beloon; Park Nam-joo (Bae Doo-na), seorang atlet panahan yang gagal meraih emas; dan Park Nam-il (Park Hae-il) sarjana penganggur sekaligus pemabuk bekas demonstran mahasiswa. Orang-orang kalah inilah yang menyelamatkan seantero Korea dari ancaman monster sungai yang memangsa manusia hingga tulang belulang.
The Host merupakan film ketiga yang Bong tulis dan arahkan setelah Barking Dogs Never Bite (2000) dan Memories of Murder (2003). The Host dirilis 2006, jauh sebelum Parasite makin mengerek nama Bong ke jajaran sutradara terbaik dunia. Tapi, film ini sudah menunjukkan kelas Bong: sutradara-penulis yang mampu meramu film menghibur tapi mencerahkan.
Bong tidak menyajikan kisah heroik keluarga itu dengan romantis. Mereka memburu makhluk itu bukan karena semangat altruisme sebagaimana para pahlawan di film Hollywood dan tak juga didorong oleh ide-ide besar penyelamatan dunia. Mereka hanya mau menyelamatkan anggota termuda keluarga tersebut, Park Hyun-seo (Go Ah-sung), dari cengkeraman si monster. Ya, hanya itu motivasi mereka. Dan dengan itu, Bong seperti ingin menunjukkan bahwa orang-orang sederhana seperti keluarga Park ini tak perlu dicekoki ide-ide besar untuk berbuat sesuatu yang heroik. Pikiran simpel mereka mengikuti insting terdasar manusia atau bahkan hewan sekalipun: bertahan hidup dan menyelamatkan orang yang mereka sayangi.
Naturalisme, inilah mungkin keyakinan Bong yang ia tunjukkan di banyak filmnya: Mother (2009), Snowpiercer (2013), Okja (2017), dan Parasite. Bahwa yang menggerakkan manusia bukanlah ide-ide besar yang dirumuskan sedemikian canggih oleh para filsuf tapi insting terdasar mereka untuk bertahan hidup dan menyelamatkan apa atau siapa yang mereka sayangi. Bagi Bong, hukum alamlah yang mendorong manusia untuk melawan ketika yang berkuasa makin menindas atau yang pintar makin menipu.
Naturalisme itu pulalah yang menjadi nilai sentral film ini. Ketika memperlakukan alam seenak udel, maka kita layak berharap akan datangnya pembalasan alam. Si monster—berbentuk seperti ikan raksasa amfibi berkaki empat—adalah konsekuensi dari kesewenang-wenangan saintis Amerika membuang ratusan botol formaldehida ke Sungai Han. Menariknya, Bong merujuk premis awalnya ini kepada kasus nyata pada 2000 ketika seorang personel militer Amerika di Korea, Albert Mcfarland, dilaporkan melakukan hal tersebut. Pengadilan Korea gagal mendakwa Mcfarland karena alasan juridiksi. Militer Amerika sendiri hanya menghukum Mcfarland dengan skorsing dua tahun.
Referensi kepada insiden riil tersebut memunculkan sentimen bahwa The Host anti-Amerika. Apalagi dalam film ini, Bong juga memberi nama bahan kimia yang akan digunakan untuk membunuh monster itu “agen kuning”, secara satire merujuk kepada “agen oranye”, senjata kimia yang digunakan serdadu Amerika dalam Perang Vietnam. Bong mengomentari sentimen tersebut sebagai sebuah simplifikasi. Tapi bahwa The Host menjadikan politik Amerika sebagai objek satire, itu benar, katanya. “Lagipula jika Hollywood bisa terus-terusan menggambarkan bangsa lain sebagai penjahat, mengapa tidak Amerika menjadi objek satire dari film-film bangsa lain.”
Dalam The Host, Bong tak hanya mengolok-olok Amerika tapi juga pemerintah Korea sendiri. Pejabat dan aparat korea digambarkan tak kompeten, hanya membebek maunya Amerika, dan mudah disogok (bahkan oleh koin recehan yang dikumpulkan Gang-du untuk membeli ponsel bagi Hyun-seo).
Tak cukup di situ, Bong juga mencibir anak-anak muda demonstran. Awalnya mereka tampak gagah berani dan heroik dengan ide-ide besar: enviromentalisme; anti-senjata kimia. Tapi begitu, si monster muncul, mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri masing-masing.
Karakter Nam-il juga Bong gunakan sebagai satire terhadap demonstran mahasiswa yang kerap hadir dalam perubahan politik di Korea Selatan. Nam-il, si bekas aktivis dan demonstran mahasiswa itu ternyata cuma jadi penganggur-pemabuk di era kekuasaan yang ia bantu bangun. “Aku mengorbankan masa mudaku untuk demokratisasi di negara kita, dan keparat-keparat itu bahkan tidak memberiku pekerjaan,” kata Nam-il. Bahkan, rekannya sendiri sesama eks aktivis yang bekerja di perusahaan telekomunikasi mengkhianatinya demi mendapatkan hadiah pemerintah atas penangkapan keluarga Park.
Oleh karena itu, selain menegangkan dan mengharukan, The Host juga lucu karena satire-satire yang disemburkan Bong dengan natural. Tak seperti film monster pada lazimnya, Bong tidak tertarik mengulas sisi ilmiah bagaimana formaldehida bisa memutasi seekor ikan menjadi monster dan bagaimana kuasa dan ilmu mencoba menaklukkan si mutan. Itu tak penting bagi Bong. Bong justru mengetengahkan bagaimana orang-orang kecil ini bertahan hidup dan menyelamatkan orang yang mereka kasihi serta bagaimana kekuasaan mencoba menututupi apa yang sebenarnya terjadi dengan membiarkan isu virus menyebar.
The Host sukses di pasaran sekaligus menuai pujian para kritikus. Film ini mengulang kesuksesan Bong dengan Memories of Murder tiga tahun sebelumnya. Bersama Snowpiercer dan Parasite pada tahun-tahun berikutnya, The Host dan Memories of Murder masuk ke dalam daftar 100 film Korea terlaris sepanjang masa. Sutradara Amerika kenamaan Quentin Tarantino bahkan memasukkan The Host ke dalam daftar 20 film favoritnya.
Karenanya, Anda tak boleh melewatkan film satu ini, yang kini bisa disaksikan melalui layanan streaming Vidio.[]